Hai teman-teman, saya mau membeberkan salah satu jurus terdahsyat yang dilakukan oleh para orang kaya. Mereka memberi. Apa yang dimaksud memberi? Memberi adalah melakukan suatu kegiatan pengorbanan yang ditujukan kepada pihak lain. Artinya, dalam memberi harus ada suatu pengorbanan. Apabila tidak ada suatu pengorbanan, berarti kita masih belum memberi.
Saya beri contoh. Kasus pertama: ada seorang nenek tua yang hanya mempunyai penghasilan Rp 10.000 per hari. Lalu, ia bertekad untuk memberikan hampir lebih dari separuh uangnya untuk kepentingan pembangunan tempat ibadah. Misal, dia selalu memberi Rp 6000 per harinya.
Kasus kedua: ada seorang pebisnis yang selalu mendapatkan penghasilan tidak kurang dari 5.000.000 per hari. Lalu, ia bertekad untuk memberikan 1/10 dari uangnya untuk pembangunan tempat ibadah sebagai standard nilai amal yang harus dikeluarkan olehnya karena ia baru saja mengikuti seminar tentang itu. Jadi, per harinya ia menyumbang Rp 500.000.
Teman-teman, manakah yang bisa dibilang pengorbanan? Nenek tua tadi atau pebisnis tadi? Kalau teman-teman menjawab pebisnis, berarti teman-teman salah besar. Kalau teman-teman menjawan nenek tua, berarti teman-teman masih sedikit keliru.
Jawaban yang tepat adalah tergantung dari hati si nenek tua itu. Apakah ia memberi dengan hati yang tulus dan ikhlas?
Nah, di sinilah jawabannya. Memberi adalah suatu kegiatan yang bergantung pada sikap hati kita. Apakah sikap hati kita sudah tulus dan ikhlas untuk memberi? Mari periksa diri! Satu lagi, di dalam memberi harus ada pengorbanan, apabila ketika kita memberi, kita sama sekali tidak merasa adanya pengorbanan, berarti teman-teman dituntut lebih banyak lagi untuk memberi sehingga teman-teman dapat berkata: "Inilah pengorbananku...!" Namun, berapapun besarnya pemberian kita, hal yang paling utama adalah sikap hati.
Nah, saya mau memberitahukan mengapa memberi itu dahsyat. Ketika kita sedang memberi atau istilahnya menabur, sesuangguhnya kita akan menuai lebih banyak daripada apa yang kita beri/tabur. Inilah hukum kekekalan timbal balik. Percayalah, karena ini tertulis di kitab suci masing-masing dan ini sungguh nyata. Jadi, teman-teman harus percaya ketika kita sudah memberi, kita pasti akan menuai hasilnya.
TAPI AWAS INGAT DAN JANGAN KELIRU!!! Dasar kita memberi adalah cinta, bukan pengharapan akan hasil (timbal balik). Kita memberi bukan untuk mengharapkan timbal balik yang melimpah. Kita hanya perlu percaya saja bahwa timbal balik itu pasti terjadi, TAPI JANGAN JADIKAN HAL ITU SEBAGAI DASAR KITA MEMBERI KARENA APABILA HAL ITU MENJADI DASAR KITA MEMBERI, BERARTI PEMBERIAN YANG KITA LAKUKAN TIDAK DIDASARKAN PADA SIKAP HATI YANG TULUS DAN IKHLAS.
Kiranya teman-teman dapat memahami hal ini. Mari, mulai detik ini kita mulai memberi. Sisihkan pengahasilan kita pada prioritas pertama, yaitu memberi. Prioritas penggunaan penghasilan kita adalah amal. Sekali lagi, amal adalah prioritas utama kita. Semoga bermanfaat
sekedar mengingatkan!!!
udah melaksanakan yg wajib belum???
kalo udah ditambah yg sunnah & biar klop ditambah dengan sedekah.
insya Allah hidup akan bahagia.
tetep semangat!!!
Saya beri contoh. Kasus pertama: ada seorang nenek tua yang hanya mempunyai penghasilan Rp 10.000 per hari. Lalu, ia bertekad untuk memberikan hampir lebih dari separuh uangnya untuk kepentingan pembangunan tempat ibadah. Misal, dia selalu memberi Rp 6000 per harinya.
Kasus kedua: ada seorang pebisnis yang selalu mendapatkan penghasilan tidak kurang dari 5.000.000 per hari. Lalu, ia bertekad untuk memberikan 1/10 dari uangnya untuk pembangunan tempat ibadah sebagai standard nilai amal yang harus dikeluarkan olehnya karena ia baru saja mengikuti seminar tentang itu. Jadi, per harinya ia menyumbang Rp 500.000.
Teman-teman, manakah yang bisa dibilang pengorbanan? Nenek tua tadi atau pebisnis tadi? Kalau teman-teman menjawab pebisnis, berarti teman-teman salah besar. Kalau teman-teman menjawan nenek tua, berarti teman-teman masih sedikit keliru.
Jawaban yang tepat adalah tergantung dari hati si nenek tua itu. Apakah ia memberi dengan hati yang tulus dan ikhlas?
Nah, di sinilah jawabannya. Memberi adalah suatu kegiatan yang bergantung pada sikap hati kita. Apakah sikap hati kita sudah tulus dan ikhlas untuk memberi? Mari periksa diri! Satu lagi, di dalam memberi harus ada pengorbanan, apabila ketika kita memberi, kita sama sekali tidak merasa adanya pengorbanan, berarti teman-teman dituntut lebih banyak lagi untuk memberi sehingga teman-teman dapat berkata: "Inilah pengorbananku...!" Namun, berapapun besarnya pemberian kita, hal yang paling utama adalah sikap hati.
Nah, saya mau memberitahukan mengapa memberi itu dahsyat. Ketika kita sedang memberi atau istilahnya menabur, sesuangguhnya kita akan menuai lebih banyak daripada apa yang kita beri/tabur. Inilah hukum kekekalan timbal balik. Percayalah, karena ini tertulis di kitab suci masing-masing dan ini sungguh nyata. Jadi, teman-teman harus percaya ketika kita sudah memberi, kita pasti akan menuai hasilnya.
TAPI AWAS INGAT DAN JANGAN KELIRU!!! Dasar kita memberi adalah cinta, bukan pengharapan akan hasil (timbal balik). Kita memberi bukan untuk mengharapkan timbal balik yang melimpah. Kita hanya perlu percaya saja bahwa timbal balik itu pasti terjadi, TAPI JANGAN JADIKAN HAL ITU SEBAGAI DASAR KITA MEMBERI KARENA APABILA HAL ITU MENJADI DASAR KITA MEMBERI, BERARTI PEMBERIAN YANG KITA LAKUKAN TIDAK DIDASARKAN PADA SIKAP HATI YANG TULUS DAN IKHLAS.
Kiranya teman-teman dapat memahami hal ini. Mari, mulai detik ini kita mulai memberi. Sisihkan pengahasilan kita pada prioritas pertama, yaitu memberi. Prioritas penggunaan penghasilan kita adalah amal. Sekali lagi, amal adalah prioritas utama kita. Semoga bermanfaat
sekedar mengingatkan!!!
udah melaksanakan yg wajib belum???
kalo udah ditambah yg sunnah & biar klop ditambah dengan sedekah.
insya Allah hidup akan bahagia.
tetep semangat!!!
0 komentar:
Posting Komentar