Allah Ta’ala berfirman : Artinya: hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (QS. Al-Hujarat : 12)
Dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi kebanyakan berprasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Dalam ayat ini juga terdapat larangan berbuat tajassus ialah mencari-cari kesalahan atau kejelekan oranag lain, yang biasanya merupakan efek dari prasangka yang buruk.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “ berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dustanya ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, salng memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi,dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara (H.R Bukhari dan Muslim).
Abu bakar bin Abdullah Al-Muzani yang biografinya bisa didapatkan dalam kitab tahdzib At-Tahdzib berkata : “ hati-hatilah kalian terhadap perkataan yang sekalipun benar kalian tidak diberi pahala, namun apabila kalian salah kalian berdosa. Perkataan tersebut adalah berprasangka buruk terhadap saudaramu”.
Disebutkan dalam kitab Al-Hiyah karya Abu Nuaim (II/285) bahwa Abu Qilabah Abdullah bin yazid Al-Jurmi berkata : “ apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusaha keraslah mencarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri, saya kira saudara ku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan tersebut.
Abu Hatim bin Hibban Al-Busti berkata dalam kitab Raudhah Al-Uqla (hal.131) : “ orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meniggalkan perbuatan tajassus dan senantiasa sibuk memikirkan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tentram dan tidak akan merasa capek. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekan diri sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.
Beliau juga berkata pada hal.133, Tajassus adalah cabang dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan oang yang bodoh akan selalu berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan membuatnya menderita.
Allah pernah memerintahkan dua orang Nabi-NYA yang mulia yaitu Musa dan Harun untuk menda’wahi Fir’aun dengan lembut. Allah Ta’ala berfirman . Artinya : “ pergilah kamu berdua kepad Fir’aun karena dia telah berbuat melampaui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut (QS. Thaha :43-44).
Allah juga menjelaskan bahwa para sahabat yang mulia senantiasa saling berkasih sayang. Allah Ta’ala berfirman : “ Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang selalu bersamanya bersikap keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (Al-Fath :29).
0 komentar:
Posting Komentar