Semakin qt sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain… apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri qt… lalu berharap agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya… maka semua ini berarti qt sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati…
Ketahuilah… bahwa semakin banyak qt berharap sesuatu dari selain Allah… maka semakin banyak qt akan mengalami kekecewaan…. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa ijin Allah… Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak menggerakkan orang untuk menghargai… maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena qt terlalu banyak berharap kepada makhluk… Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah…
Selayaknya qt menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan qt terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah qt berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan qt dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud... Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain maka qt tidak akan mendapat ganjarannya…
Jadi… ketika ada seseorang yang sakit… lalu sembuh berkat usaha seorang dokter… Maka, sebetulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut… melainkan Allah-lah yang menyembuhkan dan sang dokter dipilih menjadi jalan… Seharusnya dokter sangat berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan ilmunya… juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya… Namun… andai kata sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan… maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya… juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang qt maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona)… Selain itu… di akhirat nanti niscaya akan termasuk orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran…
Juga… tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya… mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain… semata-mata untuk membuat sang anak merasa berhutang budi… Apalagi jika dilakukan secara emosional kepada anak-anaknya… karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu… bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya… Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu… juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu… Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan seorang ibu/bapak justru akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik… InsyaAllah… Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk sanggup berbalas budi…
Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya... Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus… Dan memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru… Karena setiap kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat... Qt boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur…
Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andai kata ada salah seorang murid qt yang sukses, jadi orang besar… Biasanya akan sangat gatal untuk mengumumkan kepada siapa pun tentang jasanya sebagai gurunya… plus kadang dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya’ dan dosa…
Andai kata ada sebuah mobil yang mogok, lalu qt membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik... Namun ternyata sang supir sama sekali tidak berterima kasih… Jangankan membalas jasa… bahkan menengok ke arah qt pun tidak sama sekali… andai kata qt merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir… Maka lengkaplah kerugiannya lahir maupun bathin… Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena tidak ikhlas… yaitu hanya berharap balasan dari makhluk… Seharusnya yang qt yakini sebagai rizki dan keberuntungan qt adalah takdir diri ini diijinkan Allah bisa mendorong mobil… Silahkan bayangkan andai kata ada mobil yang mogok dan qt tidak mengetahuinya atau qt sedang sakit tidak berdaya… niscaya qt tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil... Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu qt akan mendorong apa…? Takdir mendorong mobil adalah investasi besar… yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang mengesankan... Bukankah qt tidak tahu kapan qt akan mendapatkan kesulitan di perjalanan… maka takdir beramal adalah investasi…
Mari qt bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan sesegera mungkin… Setelah itu mari qt lupakan seakan qt tidak pernah melakukannya...
Cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya… Allah pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik waktu, bentuk, atau pun momentumnya.
Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali adalah....... "senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya".
Selamat berbahagia bagi siapa pun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan kebaikan dirinya… percayalah hidup ini akan jauh lebih ni'mat… lebih ringan… dan lebih indah... InsyaAllah…
Sumber : Buku "Belajar untuk Ikhlas"
Ketahuilah… bahwa semakin banyak qt berharap sesuatu dari selain Allah… maka semakin banyak qt akan mengalami kekecewaan…. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa ijin Allah… Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak menggerakkan orang untuk menghargai… maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena qt terlalu banyak berharap kepada makhluk… Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah…
Selayaknya qt menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan qt terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah qt berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan qt dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud... Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain maka qt tidak akan mendapat ganjarannya…
Jadi… ketika ada seseorang yang sakit… lalu sembuh berkat usaha seorang dokter… Maka, sebetulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut… melainkan Allah-lah yang menyembuhkan dan sang dokter dipilih menjadi jalan… Seharusnya dokter sangat berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan ilmunya… juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya… Namun… andai kata sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan… maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya… juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang qt maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona)… Selain itu… di akhirat nanti niscaya akan termasuk orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran…
Juga… tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya… mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain… semata-mata untuk membuat sang anak merasa berhutang budi… Apalagi jika dilakukan secara emosional kepada anak-anaknya… karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu… bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya… Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu… juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu… Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan seorang ibu/bapak justru akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik… InsyaAllah… Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk sanggup berbalas budi…
Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya... Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus… Dan memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru… Karena setiap kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat... Qt boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur…
Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andai kata ada salah seorang murid qt yang sukses, jadi orang besar… Biasanya akan sangat gatal untuk mengumumkan kepada siapa pun tentang jasanya sebagai gurunya… plus kadang dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya’ dan dosa…
Andai kata ada sebuah mobil yang mogok, lalu qt membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik... Namun ternyata sang supir sama sekali tidak berterima kasih… Jangankan membalas jasa… bahkan menengok ke arah qt pun tidak sama sekali… andai kata qt merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir… Maka lengkaplah kerugiannya lahir maupun bathin… Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena tidak ikhlas… yaitu hanya berharap balasan dari makhluk… Seharusnya yang qt yakini sebagai rizki dan keberuntungan qt adalah takdir diri ini diijinkan Allah bisa mendorong mobil… Silahkan bayangkan andai kata ada mobil yang mogok dan qt tidak mengetahuinya atau qt sedang sakit tidak berdaya… niscaya qt tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil... Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu qt akan mendorong apa…? Takdir mendorong mobil adalah investasi besar… yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang mengesankan... Bukankah qt tidak tahu kapan qt akan mendapatkan kesulitan di perjalanan… maka takdir beramal adalah investasi…
Mari qt bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan sesegera mungkin… Setelah itu mari qt lupakan seakan qt tidak pernah melakukannya...
Cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya… Allah pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik waktu, bentuk, atau pun momentumnya.
Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali adalah....... "senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya".
Selamat berbahagia bagi siapa pun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan kebaikan dirinya… percayalah hidup ini akan jauh lebih ni'mat… lebih ringan… dan lebih indah... InsyaAllah…
Sumber : Buku "Belajar untuk Ikhlas"
1 komentar:
bener tu , , , ,
lebih baik menyembunyikan kejelekan
daripada menyombongkan diri dengan kebaikanya
Posting Komentar